Minggu, 22 September 2013

AIR TERJUN DUA WARNA SIBOLANGIT


Air Terjun Dua Warna Sibolangit, Sumatera Utara

Air Terjun Dua Warna terletak lebih kurang 80 km dari kota medan, tepatnya ditengah hutan Sibolangit pada ketinggian 1475 M Dpl, yang memiliki ketinggian sekitar 75 meter. Secara geografis air terjun dua warna ini terletak di Desa Durin Sirugun, Kecamatan Sibolangit.  Air terjun ini berlokasi di kaki gunung Sinabung, untuk mencapainya, benar-benar penuh perjuangan. Perjalanan kaki +/- 3 jam melalui hutan, mendaki, sesekali menurun, teramat curam, sehingga membutuhkan tali untuk rafling.
Air terjun telaga dua warna atau telaga biru kemungkinan disebabkan air yang terjun dari ketinggian sekitar 100 meter dari permukaan tanah awalnya berwarna putih namun setelah jatuh ke telaga berubah menjadi biru. Sampai saat ini belum diketahui pasti penyebab mengapa air terjun itu berubah menjadi biru. Sedangkan orang yang dianggap pertama sekali menemukan keajaibannya itu juga sampai sekarang belum diketahui. Namun air terjun ini sejak dulu sudah sering dikunjungi oleh pelajar dan mahasiswa pencinta alam yang camping di sekitar Bumi Perkemahan Sibolangit.


Ada beberapa jalur yang dapat ditempuh mencapai air terjun ini. Pengunjung sering menggunakan jalur dari Bumi Perkemahan Sibolangit di Desa Bandar Baru. Jika melalui bumper, pengunjung sementara dapat menggunakan kendaraan bermotor dengan menempuh jarak lebih kurang 2 Km. Namun sesampainya di posko, kita hanya bisa berjalan kaki. Kalau belum pernah berkunjung ke Telaga Biru tersebut, kita dapat memakai jasa pemandu sebagai penunjuk jalan yang berada di posko (Warung Bang Nuel). Dengan menempuh medan yang naik turun dan berada di tengah hutan, kita harus ekstra hati-hati apalagi banyak jurang di kanan kiri. Awal memasuki hutan kita akan melewati sebuah Dam tua bekas peninggalan Belanda yang dialiri sungai kecil. Kemudian kita akan menempuh jalan mendaki. Dan dengan menempuh waktu sekitar lebih kurang 3 jam kita akan sampai di lokasi Air terjun tersebut. Sesampainya di lokasi kita akan melihat ada 3 buah air terjun, satu di antaranya merupakan air terjun Telaga Biru. Kita dapat berenang dan mandi di Telaga Biru tepat di bawah air terjun itu.
Jangan menyerah meski rutenya agak sulit karena sesampai di sana, birunya warna air terjun dan suara aliran air sungai akan langsung menghilangkan rasa penat setelah menempuh perjalanan panjang. Memang, rute terjal dan menantang menuju ke lokasi air terjun dua warna itu sangat cocok bagi pecinta alam yang suka akan petualangan. Dan tak heran jika sesampainya di lokasi ditemukan juga prasasti seorang pecinta alam. Disarankan bagi pengunjung yang ingin menginap, hanya bisa dilakukan apabila membawa perlengkapan camping. Pasalnya, objek wisata yang satu ini belum sedikitpun tersentuh dengan fasilitas. Belum adanya fasilitas ini juga merupakan daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang ada sehingga bisa menikmati lebih dalam air terjun dua warna yang menyimpan eksotisme natural.

Kamis, 15 Agustus 2013


supported by
Cloud Of Foggy 00:00 / 06:59
  • Digital Album

    Immediate download of 8-track album in your choice of high-quality MP3, FLAC, or just about any other format you could possibly desire.

    Buy Now  $10 USD  or more

1.
2.
3.
4.
5.
05:34
6.
07:46
7.
06:17
8.

credits

released 30 August 2013
DEWA BUDJANA - guitars
LARY GOLDINGS - Hammond organ, acoustic piano
BOB MITZR - soprano & tenor sax, bas clarinet
JIMMY JOHNSON - bass guitar
PETER ERSKINE -drums
with special guest on track 4: JANIS SIEGEL - vocals

Recorded in Pasadena, Los Angels, July 2012 by Rich Breen at Firehouse Studio.
Produced by Dewa Budjana.
USA release executive producer Leonardo Pavkovic.

tags

Rabu, 07 Agustus 2013

Kampung Bali Di Kabupaten serdang Bedagai Sumut

Tak perlu jauh-jauh ke Pulau Bali jika hanya ingin merasakan suasana serta mengetahui kehidupan sehari-hari masyarakat Hindu Bali. Karena di Sumatera Utara juga terdapat sebuah Kampung Bali. Letaknya di Desa Pegajahan, sekitar 12 Km dari kota Perbaungan, Sumatera Utara. Disini Bermukim komunitas etnis Bali yang masih taat akan tradisi.
Banyak orang yang berasal dari beberapa kota yang sengaja datang untuk melihat tempat ini. Hanya sekitar 2 Jam saja dari kota Medan untuk sampai ke Desa Pegajahan.
Menurut ceritanya, warga Bali yang tinggal di Sergai ini adalah para buruh kontrak yang didatangkan langsung dari Pulau Bali oleh perusahaan perkebunan PTPN IV Adolina sekitar tahun 1962. saat itu ada sekitar 53 KK atau 200 jiwa yang bermukim di Desa Pegajahan. Komunitas ini hidup berdampingan dengan sejumlah buruh perkebunan lainnya yang memang berasal dari bermacam-macam etnis. Ada Jawa, kalimantan, Simalungun, Tapanuli dan Melayu. Walau jau dari kampung halaman, namun komunitas ini tetap mempertahankan adat istiadat dan keyakinan mereka. Sekitar tahun 1989 didirikan sebuah Pura yang diberi nama Pura Panataran Dharmaraksaka yang fungsinya sebagai tempat ibadah umat hindu bali yang ada di desa tersebut.
Pura Panataran Dharmaraksaka ini, ramai dikunjungi setidaknya dua kali dalam sebulan oleh umat Hindu Bali untuk beribadah pada waktu Purnama dan Tilem (Bulan Gelap).
Pura ini sendiri di rawat oleh seorang kakek yang bernama I Made Widia. Kakek I Made Widia merupakan orang Hindu Bali Asli dan ia merupakan orang tertua didalam komunitas etnis bali di Desa Pegajahan ini.  Menurut kakek ini, warga Hindu Bali yang bermukim di desa Pegajahan sampai saat ini (agustus 2013), hanya tinggal sekitar 11 kepala Keluarga atau lebih kurang 30 jiwa saja.
Keunikan yang ada di Desa Pegajahan ini merupakan daya tarik sendiri untuk orang-orang mengunjungi tempat ini serta dapat dikatakan sebagai Wisata Budaya yang bermanfaat.